Senin, 22 Desember 2014

Nama Kelompok : Herding
                              Yugazali Sam Putra Utama
                               Muh. Rusli

                                                                             ISIS
            ISIS (State Islamic of Iraq and syam) merupakan kelompok yang didukung dan didirikan oleh berbagai kelompok pemberontak Sunni, termasuk Dewan Syura Mujahidin dan Al-Qaeda di Irak (AQI), termasuk kelompok pemberontak Jaysh al-Fatiheen, Jund al-Sahaba, Katbiyan Ansar Al-Tawhid wal Sunnah dan Jeish al-Taiifa al-Mansoura, dan sejumlah suku Irak  yang mengaku Sunni. ISIS dikenal karena memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam Wahhabi dan mengajarkan kekerasan untuk mencapai tujuannya, seperti melalui bom bunuh diri, menyiksa dan memukuli orang yang tidak sependapat, serta dengan menjarah bank. Target serangan ISIS diarahkan terutama terhadap Muslim Syiah dan Kristen.
          ISIS juga bisa dideskripsikan sebagai negara baru tanpa pengakuan internasional karena para personil ISIS memang bercita-cita menjadikan wilayah taklukannya sebagai negara berbasis hukum Islam. Hingga bulan Juni 2014 ini, ISIS dilaporkan sudah menguasai kawasan Suriah timur laut & Irak utara. Menariknya, walaupun ISIS mengusung Islam sebagai ideologi perjuangannya, kelompok tersebut tidak benar-benar akur dengan kelompok Islamis lainnya. Sebagai contoh, ISIS yang keanggotaannya didominasi oleh Muslim Sunni kerap melakukan penyerangan kepada orang-orang Muslim Syiah. Lalu sejak permulaan tahun 2014, ISIS juga mulai terlibat konflik dengan kelompok pemberontak Jabhat Al-Nusra di Suriah. Ideologi dan kepercaan ISIS adalah kelompok ekstremis yang mengikuti ideologi garis keras Al-Qaidah dan menyimpang dari prinsip-prinsip jihad. Seperti al-Qaeda dan banyak kelompok jihad modern lainnya, ISIS muncul dari ideologi Ikhwanul Muslimin, kelompok Islam pertama di dunia pada tahun 1920-an di Mesir.
           ISIS mengikuti ekstrim anti-Barat yang menurutnya sebagai penafsiran Islam, mempromosikan kekerasan agama dan menganggap mereka yang tidak setuju dengan tafsirannya sebagai kafir dan murtad. Secara bersamaan, ISIS (sekarang IS) bertujuan untuk mendirikan negara Islam Salafi yang berorientasi di Irak, Suriah dan bagian lain dari Syam. Ideologi ISIS berasal dari cabang Islam modern yang bertujuan untuk kembali ke masa-masa awal Islam, menolak "inovasi" dalam agama yang mereka percaya telah "korup" dari semangat aslinya. Mengutuk kekhalifahan terakhir dan kekaisaran Ottoman karena menyimpang dari apa yang mereka sebut sebagai Islam murni dan karenanya telah berusaha untuk membangun kekhalifahan sendiri. Namun, ada beberapa komentator Sunni, Zaid Hamid, misalnya, dan bahkan Salafi dan mufti jihad seperti Adnan al-Aroor dan Abu Basir al-Tartusi, yang mengatakan bahwa ISIS dan kelompok teroris yang terkait tidak mempresentasikan Sunni sama sekali, tapi menuduh Khawarij bidah yang melayani agenda kekaisaran anti-Islam.
          Salafi seperti ISIS percaya bahwa hanya otoritas yang sah dapat melakukan kepemimpinan jihad, dan bahwa prioritas pertama atas pertempuran di daerah lain, seperti berperang melawan negara-negara non-Muslim, adalah sebagai pemurnian masyarakat Islam. Misalnya, ketika memandang konflik Israel-Palestina, karena ISIS menganggap kelompokSunni Palestina Hamas sebagai murtad yang tidak memiliki kewenangan yang sah untuk memimpin jihad, mereka anggap melawan Hamas sebagai langkah pertama sebelum menuju konfrontasi dengan Israel[1].
Asal Mula ISIS
          Tahun 2003, pasukan koalisi multinasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) melancarkan invasi ke Irak karena adanya tuduhan kalau Irak masih menyimpan senjata pemusnah massal. Keberhasilan invasi tersebut lalu diikuti dengan tumbangnya rezim Saddam tak lama berselang. Turunnya Saddam & kacaunya kondisi dalam negeri akibat perang lantas mendorong timbulnya kelompok-kelompok bersenjata di seantero Irak. Banyak dari kelompok tersebut yang memanfaatkan sentimen kesukuan & sektarian agama supaya bisa mendapatkan dukungan & simpatisan.
           Konflik senjata antara AS (Amerika Serikat) dengan Irak pada tahun 2003, ada tiga tujuan yaitu AS ingin menghancurkan senjata pemusnah massal, menyingkirkan ancaman teroris internasional dan membebaskan rakyat Irak dari penindasan rezim Saddam Hussein dengan cara memulihkan demokrasi di Irak. Dari tiga alasan tentang masalah Irak yang harus diselesaikan dengan cara AS (dihancurkan) ternyata dipenuhi kebohongan, yaitu : Agresi AS ke Irak untuk memusnahkan senjata pemusnah massal adalah upaya AS untuk membohongi masyarakat internasional. Dikatakan oleh Presiden George W. Bush bahwa Irak mempunyai senjata pemusnah atau destruksi massal (Weapons of Mass Destruction) yang berupa:(1) senjata kimia seperti mostar yang dapat menyebabkan kulit melepuh, tabun dansarin yang dapat menyerang syaraf.(2) Senjata biologi seperti botulinum yang dapat meracuni dan mencekik orang,bacillus antraxis yang dapat menyebabkan penyakit antrax, senjata nuklir dan rudal scud yang mempunyai jangkauan 900 kilometer untuk meluncurkan senjata-senjata tersebut.
          Untuk meyakinkan rakyat dan kongres AS, Presiden Bush di depan Kongres ketika menyampaikan laporan tahunan menyatakan bahwa Saddam Hussein telah mengusahakan untuk membeli lima ratus ton uranium – oksida dari Nigeria. Dengan demikian kepemilikan senjata-senjata tersebut dapat membahayakan rakyat Irak dan negara-negara tetangganya.
Serangan AS ke Irak dengan alasan pemusnahan senjata pemusnah massal tidak masuk akal, karena bila AS memang ingin menghancurkan senjata itu, Presiden Bush tidak mengerahkan semua kekuatan militernya. AS (dan sekutunya Inggris) hanya mengerahkan 230.000 dan 45.000 personilnya ke Irak. Dari jumlah itu, hanya 90.000 prajurit AS dan 45.000 prajurit Inggris yang merupakan pasukan tempur.
         Sebelum terjadi serangan ke Irak, Tim Inspeksi PBB yang diketuai Hans Blix menyatakan sama sekali tidak menemukan bukti Irak memiliki senjata pemusnah masal dan ternyata jangkauan senjata rudal Irak tidak seperti yang dikatakan AS yaitu 900 kilometer, tetapi hanya 10 sampai 15 kilometer. Atas dasar temuan itu Saddam Hussein menyatakan, “Mampukah rudal ini menembus Israel? Mampukah mencapai AS?”. Kebohongan AS makin tampak ketika Menteri Luar Negeri AS, Collin Powell, memberikan laporan kepada Dewan Keamanan PBB tentang upaya Irak mendapatkan uranium-oksida dari Nigeria. Menurut duta besar Nigeria untuk PBB, Presiden Nigeria yang disebut-sebut dalam dokumen intelijen Presiden Bush, yang dikatakan bekerjasama dengan Saddam Hussein dalam pengadaan uranium-oksida ternyata telah lama meninggal dunia. Beberapa minggu setelah Baghdad jatuh, pasukan AS belum berhasil menemukan senjata pemusnah massal Irak.
Menggempur Irak atas nama memerangi terorisme yang didengungkan AS tidak dapat diterima begitu saja. Tudingan Washington bahwa Bahgdad memiliki hubungan dengan al-Qaidah, organisasi yang sangat dibenci dan sekaligus ditakuti AS (yang dituduh telah meledakkan gedung WTC pada 11 September 2001) sangat tidak masuk akal. Di satu sisi, al-Qaidah adalah organisasi yang ingin menggulingkan pemerintahan berpaham liberal maupun sekuler, sementara Partai Baath pimpinan Saddam Hussein tidak memiliki paham fundamentalisme seperti halnya al-Qaidah. Bahkan, rezim Saddam Hussein sendiri termasuk yang harus dihancurkan oleh Al-Qaidah karena berseberangan paham (pemerintahan Saddam Hussein berpaham sekuler, sedangkan al-Qaidah berpaham fundamentalis yang memegang teguh ajaran Islam). Oleh karena itu, selain pemerintah AS tidak punya bukti kuat tentang hubungan al-Qaidah dan Irak, Usamah bin Laden  (pemimpin Al-Qaidah) dan Saddam Hussein tidak mungkin bekerjasama. Apalagi, ketika Irak menduduki Kuwait pada 2 Agustus 1990, Usamah bin Laden justru menawarkan diri kepada Raja Fahad (Arab Saudi) untuk mengirimkan veteran Arab-Afghan untuk membantu Kuwait mengusir pasukan Saddam.
Klaim Washington bahwa penggulingan Saddam Hussein dimaksudkan untuk menyelamatkan rakyat Irak dari pemerintah yang diktaktor dan otoriter serta agar rakyat dapat mendirikan pemerintahan yang benar-benar demokratis juga cacat dari sisi hukum. Baik PBB maupun negara di dunia tidak ada yang memberi legitimasi AS untuk ikut campur urusan dalam negara lain. Dalam kasus Irak, apapun sistem yang telah dan akan diterapkan di negara itu, demokrasi atau monarki, maka hasil itu semuanya menjadi hak rakyat Irak untuk menentukannya.
           Di Irak, meskipun AS mengatakan Saddam Hussein sebagai diktator, tetapi rakyat Irak (kecuali suku Kurdi) mengelu-elukan Saddam Hussein sebagai sosok yang berani mempertahankan kedaulatan Irak dari serbuan AS dan sekutunya.Saat menghadapi invasi AS, Saddam Hussein telah menyerukan kepada rakyatnya agar tetap siaga menghadapi agresi militer AS. Seruan itu disambut rakyat yang menyatakan akan membela pemimpinnya, yaitu Saddam Hussein dan membela tanah Irak.
          Dalam pengakuannya, AS selalu mengatakan bahwa serangannya ke Irak untuk menegakkan demokrasi, tetapi setelah rezim Saddam Hussein jatuh, AS akan kesulitan membangun pemerintahan baru yang demokratis. Hal ini disebabkan: (1) Prinsip AS sendiri tidak demokratis, melainkan berdasarkan pada kepentingan politiknya, yaitu mencegah munculnya penguasa yang menentang kekuasaan, atau berafiliasi dengan negara yang menjadi musuh AS; (2) Pemimpin yang dipilih AS untuk memimpin Irak tidak mempunyai basis pendukung yang kuat di kalangan rakyat.  Namun semua alasan yang dikeluarkan oleh AS menjadi sebuah kebohongan yang diketahui secara luas oleh dunia internasioanl. Irak terbukti tidak mengembangkan senjata pemusnah massal seperti yang dituduhkan dan Saddam Hussein tidak memiliki hubungan dengan Osama bin Laden beserta jaringan al-Qaedanya.
Dari semua analisis terhadap motif invasi AS yang sesungguhnya, terdapat persepsi umum bahwa ekonomilah yang menjadi faktor dominan. Beberapa perhitungan yang terkait dengan motif ekonomi dan bisnis dari serangan AS atas Irak antara lain sebagai berikut : (1) Kekayaan minyak bumi yang dimiliki oleh Irak merupakan cadangan minyak kedua terbesar setelah Arab Saudi. Berdasarkan data yang dikeluarkan olehCentre for Global Energy Studies (CGES) London, Irak diperkirakan memiliki 112 miliar barrel cadangan minyak. Berdasarkan data tersebut, Irak merupakan pemilik 11 persen cadangan minyak dunia. Selain itu, menurut US Energy Information Administration, Irak memiliki 73 ladang minyak mentah dan hanya 15 ladang yang telah dikembangkan; (2) ingin menciptakan tatanan dunia baru yang “lebih aman” dengan tujuan kebebasan ekonomi dan politik. Hal ini merupakan strategi geopolitik AS di kawasan Timur Tengah. Bagi AS, Irak merupakan ancaman potensial bagi kepentingannya dan sekutu terdekatnya Israel di kawasan Timur Tengah; (3) Proyek rekontruksi pasca perang yang akan menguntungkan AS. Kehancuran infrastruktur akibat perang akan melahirkan proyek-proyek rekontruksi dengan dana yang besar. Sebagai pemeran utama invasi, AS akan mengambil proyek-proyek tersebut untuk meraup keuntungan besar pasca perang.
Isu yang dilancarkan AS berkaitan dengan masalah Irak adalah pengembangan dan kepemilikan senjata pemusnah massal berbahan nuklir, biologi dan kimia (nubika) serta rudal balistik yang dikatakan mampu menjangkau Israel. Atas dasar isu itu, AS berupaya dengan segala cara untuk dapat melucuti Irak. AS berhasil mempengaruhi Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan resolusi yang hasilnya mengirimkan Tim Inspeksi Senjata PBB yaitu UNSCOM (United Nations Special Commision) ke Irak.
           Dewan Keamanan PBB mengeluarkan lagi Resolusi 1441 mengenai perlucutan senjata destruksi atau pemusnah massal Irak dan pembentukan Tim Inspeksi yang diberi nama UNMOVIC (United Nations Monitoring, Verification, and Inspection Commision). Menurut resolusi itu, dalam waktu sebulan Irak harus menyerahkan laporan mengenai senjata pemusnah massal, sistem, dan program pengembangannya. Pada resolusi ini, hanya AS dan Inggris yang setuju jika Irak gagal memenuhi ketentuan resolusi itu, konsekuensinya berat bagi Irak yaitu berupa serangan militer AS. Jika ada sesuatu yang dianggap sebagai kesalahan Irak, baik disengaja atau tidak, dapat menimbulkan perang yang menghancurkan negara itu. Dengan begitu, AS berpotensi memicu provokasi bagi situasi panas berupa serangan militer ke Irak, bukan cuma melucuti senjata pemusnah massal yang dicurigai dimiliki Irak, tetapi tujuan akhirnya adalah mengganti pemerintahan Saddam Hussein.
Terlepas dari latar belakang AS menginvasi Irak yang penuh dengan kebohongan, ada beberapa faktor yang menyebabkan para pengambil keputusan (policy makers) di dalam pemerintahan Presiden Bush memutuskan untuk menyerang Irak dan menumbangkan rezim Saddam Hussein, yaitu:a.Menguasai Industri Minyak Dunia dan Menghancurkan OPEC,.b.Menjaga Eksistensi dan Keamanan Negara Israel ,AS merupakan benteng utama penjaga keselamatan negara Israel dari ancaman yang sering dihembuskan oleh Irak, karena itu AS berkepentingan untuk menghancurkan Irak dan pemerintahan Saddam Hussein. Dengan menghancurkan Irak dan menguasainya, maka Israel akan terbebas dari ancaman Irak. Dengan adanya perang AS-Irak, maka Irael akan menggunakan kesempatan itu untuk melakukan penindasan terhadap rakyat Palestina c. Meneguhkan Pengaruh Politik.    Pada tahun 2005 kelompok pejuang mempersatukan diri dan membentuk Majelis Syura Mujahidin. Berawal dari Majelis Syura Mujahidin ini lah akhirnya dideklarasikan Negara Islam Irak pada oktober 2006 dan mengangkat Abu Umar al-Baghdady sebagai pemimpinnya[2].
Salah satu orang yang memanfaatkan situasi Irak yang kacau & terbelah oleh sentimen sektarian adalah Abu Musab Al-Zarqawi, seorang panglima kelahiran Yordania yang berasal dari sekte Sunni & menganut aliran Salafiyah. Di tahun 90-an, Zarqawi sempat mendirikan kamp militer di Afganistan untuk mengumpulkan pengikut supaya nantinya ia bisa mengerahkan mereka untuk menggulingkan Kerajaan Yordania yang ia anggap tidak cukup agamis. Namun menyusul invasi pasukan koalisi ke Irak, Zarqawi lalu mengubah rencananya. Ia membawa para simpatisannya ke Irak untuk memerangi pasukan koalisi.
           Kelompok milisi pimpinan Zarqawi nantinya dikenal dengan nama Jama’at Al-Tawhid Wal-Jihad (JTJ; Jamaah Keesaan & Jihad). Selain bertempur melawan pasukan koalisi, JTJ juga menargetkan komunitas Syiah, pekerja kemanusiaan asing, & anggota pemerintahan transisi Irak. Seiring berjalannya waktu, JTJ menjadi terkenal karena seringnya kelompok tersebut menggunakan taktik bom bunuh diri menggunakan mobil. Bukan hanya itu, JTJ juga kerap melakukan penyembelihan kepada personil lawannya, lalu merekam peristiwa penyembelihan tersebut sebelum kemudian  mengunggah video rekamannya ke internet. Selebihnya, para personil JTJ juga dikenal lihai dalam melakukan serangan sembunyi-sembunyi memakai senjata api, senapan pelontar RPG, & ranjau rakitan[3].
            ISIS dianggap lebih berbahaya ketimbang Al-Qaidah karena mempunyai ribuan personel pasukan perang, yang siap mendeklarasikan perang terhadap mereka yang dianggap bertentangan atau menentang berdirinya negara Islam. Mereka menjadi kekuatan politik baru yang siap melancarkan serangan yang jauh lebih brutal daripada Al-Qaidah. Gerakan revolusi yang mulanya mempunyai misi mulia untuk menggulingkan rezim otoriter ini berubah menjadi tragedi. ISIS menjadi sebuah kekuatan baru yang siap melancarkan perlawanan sengit terhadap rezim yang berkuasa yang dianggap tidak mampu mengemban misi terbentuknya negara Islam. Ironisnya, mereka mengabsahkan kekerasan untuk menindas kaum minoritas dan menyerang rezim yang tidak sejalan dengan paradigma negara Islam. ISIS menjadi kekuatan politik riil dengan ideologi yang jelas dan wilayah yang diduduki dengan cara-cara kekerasan[4].
            ISIS mendirikan satu lembaga pusat khusus yang membawahi berbagai aktivitas Negara terkait pelayanan publik. Departemen itu bernama “Al Idaaroh Al Islaamiyyah lil Khidmati al ‘Aammah” atau yang berarti “Administrasi Islami Untuk Pelayanan Publik”, dengan dikepalai oleh seorang Direktur bernama Abu Jihad asy Syami. Kantor Al Idaaroh Al Islamiyyah menyediakan semua layanan kebutuhan dasar bagi warga dan kebutuhan umum lain seperti air, listrik , tepung (sembako), perawatan fasilitas umum, kebersihan lingkungan jalur komunikasi, sampai transportasi umum.Dalam penyediaan listrik dan saluran komunikasi, Al Idarooh Al Islamiyyah merilis daftar tarif ↵listrik hingga batas maksimal serta tarif internet dengan harga murah.Al Idarooh Al Islamiyyah sudah bekerja di hampir seluruh penjuru negeri, terutama Suriah Utara yang menjadi basis terkuat Negara Islam Irak dan Syam.
Ada beberapa penyimpangan ISIS dari Islam:
1. Dengan beranggotakan 30.000 pasukan, mereka nyatakan Negara Islam Iraq dan Suriah di wilayah Iraq dan Suriah. Otomatis mereka harus berperang dengan 300.000 pasukan Iraq dan Suriah yang notabene merupakan musuh Israel dalam perang Arab -Israel di tahun 1948, 1967, dan 1973. Ini menimbulkan fitnah. Pertumpahan darah. Melemahkan musuh2 Israel. Ini makar dari Israel.
2. Meski rezim zionis Israel menyerang Gaza pada bulan Agustus 2014 kemarin sehingga lebih dari 2.000 rakyat Gaza tewas, ISIS tidak mau membantu ummat Islam di Gaza melawan Israel. Yang dibunuh ISIS sebagian besar justru ummat Islam di Suriah, Iraq, dan Lebanon.
3. ISIS mendeklarasikan Negara Islam tanpa musyawarah dengan para Ulama. Ulama / rakyat yang tidak mau melakukan bai’at terhadap ISIS langsung disembelih secara sadis.
4. ISIS membunuh orang2 kafir yang tidak mau masuk Islam (kecuali rakyat Israel yang aman dari tangan ISIS). Ini bertentangan dengan Islam yang menyatakan tak ada paksaan dalam beragama
5. ISIS membunuh tentara Iraq, tentara Suriah, dan rakyat yang sudah tidak berdaya. Padahal terhadap musuh yang sudah tidak berdaya, Nabi menawan mereka dan membebaskan mereka dengan tebusan.




12 komentar:

  1. ASS... menurut pemateri apakah isis merupakan kelompok pembela agama atau sebagai perusak agama khususnya bagi agama islam ?
    terim kasih.
    "HABIBA"

    BalasHapus
    Balasan
    1. kelompok ISIS ini berupaya mencapai tujuan dengan menghalalkan segala cara, termasuk dengan cara kekerasan sekalipun, hal tersebut bertolak belakang dari ajaran islam sendiri, yang tidak mengajarkan tentang kekerasan untuk mencapai sesuatu. jadi menurut kami ISIS itu sebagai perusak agama.

      Hapus
    2. menurut saya (pemateri),,,sebenarnya sampai saat ini kami tidak tahu sepenuhnya tujuan utama isis ,akan tetapi menurut berita yang ada isis terbentuk dengan tujuan penegakkan syariat islam..
      "pemateri HERDING"

      Hapus
    3. ahmad erwin: saya tidak sependapat ketika isis itu kita katakan sebagai perusak agama? kalau teman-teman mengatakan isis itu sebagai perusak agama maka atas dasar apa teman-teman mengatakan itu, apakah karena ekstirimismenya teman-teman langsung menjustifikasi mereka sebagai perusak agama? tidak begitu kawan, isis (salafi-wahabi) itu beragama sesuai dengan apa yang mereka katakan benar menurut imannya. tetapi itulah mereka, dengan nalar kuasa yang tinggi, dan dengan egoisme yang kuat, maka mereka tak pernah kenal kata toleransi. sekali lagi kawan, bahwa saya tidak setuju ketika kita mengatakan bahwa isis itu sebagai perusak agama? cuman kalau kita ingin mengatakan seperti itu, berarti bukan hanya isis yang terlibat sebagai perusak agama. bahkan orang-orang yang mengaku islam, lantas tidak sholat, orang yg islam tetapi juga korupsi, orang yg mengaku islam lantas tidak mencerminkan islam dalam perilakunya. berarti bisa dikatakan sebagai perusak agama? ........
      ayo masuk ISIS kawan-kawan!!!
      yang mau masuk, nanti saya traktir dikantin heheheheheh
      ISIS (INDONESIA SEJAHTERA ISLAM SELAMANYA)

      Hapus
  2. Berarti menurut pemateri bahwa dasar isis ialah penegakkan syariat islam akan tetapi mereka melakukan yang salah sehingga dipandang sebagai perusak agama..terima kasih jawabannya..
    "HABIBA"

    BalasHapus
  3. menurut saya isis itu tidak jauh dari yang namanya terorisme...
    "JUMRIANI"

    BalasHapus
    Balasan
    1. ISIS MEMANG TIDAK JAUH BERBEDA DENGAN TERORISME KARNA DASAR MEREKA ADALAH AGAMA AKAN TETAPI MEREKA MENGGUNKAN AGAMA DENGAN NEGATIF SEHINGGA DI PANDANG ISIS SEBAGAI PERUSAK AGAMA.
      HERDING

      Hapus
  4. KESIMPULAN
    isis sekang bukan lagi ancaman negara timur tengah dan ancaman indonesia saja tapi isis menjadi ancaman global.
    HERDING

    BalasHapus
  5. ISIS dianggap lebih berbahaya ketimbang Al-Qaidah karena mempunyai ribuan personel pasukan perang, yang siap mendeklarasikan perang terhadap mereka yang dianggap bertentangan atau menentang berdirinya negara Islam. Jadi selama ini isis berjuang melawan hal yang menentang berdiriya negara isla

    BalasHapus
  6. Indonesia mesti mewaspadai dampak serangan dengan menggunakan kekuatan militer ("hard power") kepada gerakan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) karena hal itu dapat terkait dengan terorisme internasional.
    '' SUHARDI'

    BalasHapus
  7. ass....saya baharuddin dengan melihat postingan anda yang begitu menarik yang menjadi perbincangan di sebagian kalangan masyarakat yaitu isis.dimana dalam blog anda mengatakan bahwa isis memiliki tujuan ingin menjadiakn negara berbasis hukum islam tapi sya lihat dari segi caranya ingin melaksanakn tujuannya itu tidak sesuai dengan nilai-nilai agama tidak sama seperti ketika nabi dalam menyebarkan agama
    wass...

    BalasHapus
  8. aku WAHYUDDIN yang selalu traktir anda di kampus
    tulisan anda ini belum terlalu menjelaskan tentang isis karna didalam tulisan diatas tdk menjelaskan bagaimana isis memperoleh senjata dan siapa negara dibalik isis itu sendiri

    BalasHapus