Minggu, 28 Desember 2014

ANEKSIASI KUWAIT IRAK

DISUSUN OLEH:
SYAHRIL ALI IBRAHIM
SUHARDI

Latar Belakang Aneksiasi

Pada tanggal 2 Agustus 1990 yang lalu, Irak mengerahkan pasukannya masuk ke Kuwait. Invasi Irak itu langsung mengundang campur tangan para sekutu Kuwait, seperti Amerika, Arab Saudi, dan lain-lain untuk mengusir dari Negara mungil yang kaya minyak tersebut.

Menurut The History Channel, aksi nmiliter Irak itu dimulai pada tanggal 2 Agustus 1990, pukul dua dini hari, dalam dua hari, Kuwait bertekuk lutus atas Irak. Bahkan pasukan rezim Saddam Hussein itu cuma butuh waktu beberapa jam untuk langsung menduduki Ibukota Kuwait City

Merasa tidak siap dan kalah jumlah, militer Kuwait saat itu langsung mengamankan para personel dan peralatan perang mereka yang masih bisa diselamatkan ke Negara tetangga, Arab Saudi. Emir Kuwait dan keluarganya pun untuk sementara juga mengungsi ke sana.

Dengan menduduki Kuwait, Irak saat itu menguasai 20 persen dari cadangan minyak dunia sekaligus menduduki pesisir strategis di Teluk Persia. Dewan Keamanan PBB langsung mengecam invasi itu dan pada tanggal 6 Agustus 1990 menerapkan larangan dagang seluruh dunia atas Irak.

Tiga hari kemudian, Amerika Serikat dan para sekutunya melancarkan Operasi “Desert Shield” untuk membantu Kuwait merebut kembali wilayahnya. Kampanye militer ini berlanjut dengan operasi “Desert Storm” pada 16 Januari 1991 dengan melibatkan pasukan koalisi internasional untuk menggempur langsung posisi-posisi strategis Irak di Kuwait
Pada tanggal 2 Agustus 1990, tentara Irak sebanyak 100.000 orang yang telah dikerahkan pada tanggal 1 Agustus 1990 berhasil menduduki Kuwait tanpa perlawanan.


Presiden Irak Saddam Hussein menuduh Kuwait dan Uni Emirat Arab memproduksi minyak melebihi kuota yang ditetapkan OPEC sehingga mengakibatkan harga minyak jatuh. Akibatnya, Irak mengalami kerugian sebesar 14 miliar dollar Amerika Serikat. Tuduhan itu disampaikan dalam pidato kenegaraannya pada tanggal 17 juli 1990. Menanggapi tuduhan Saddam Hussein itu, Menteri Luar Negeri Kuwait menyatakan bahwa tuduhan Saddam Hussein sebuah fitnah yang tidak berdasar. Ia pun mengirim surat kepada Liga Arab agar organisasi itu mengambil tindakan terhadap Irak. Usaha-usaha yang kemudian dilakukan Liga Arab, diantaranya mengutus Presiden Mesir Mubarak ke Baghdad dan Kuwait. Selain itu, diadakan pula beberapa kali pertemuan antara wakil-wakil dari kedua Negara, tetapi mengalami jalan buntuh. 

Reaksi Dunia

Pendudukan tentara Irak atas Kuwait mengundang reaksi keras dari banyak Negara di dunia.  Amerika Serikat langsung membekukan semua asset milik Irak dan Kuwait yang ada di Amerika Serikat, serta menghentikan bantuan terhadap Irak. Tindakan Amerika Serikat diikuti pula oleh Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE). Sementara itu, Liga Arab dalam konferensinya di Kairo pada tanggal 3 Agustus 1990 mengecam keras tindakan Irak dan menyerukan agar Irak segera menarik mundur tentaranya dari Kuwait. Seruan yang sama datang pula dari Perserikan Bangsa-bangsa (PBB) . seruan, ancaman, dan boikot yang dilancarkan berbagai pihak, sama sekali tidak dihiraukan oleh Irak. Saddam husein menganggap Kuwait yang diduduki tentaranya sudah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari irak dan menjadi provinsi ke 29 dari negaranya.

Reaksi Amerika Serikat

Sikap Presiden Saddam Husein yang tetap pada pendiriannya menyebabkan Presiden Amerika Serikat, George Bush, memerintahkan pengiriman pasukannya ke Teluk Persia untuk melindungi Arab Saudi yang mungkin segera diduduki oleh Irak. Selain itu, pengiriman tentara Amerika juga bertujuan untuk membebaskan Kuwait dari pendudukan tentara Irak  Presiden George Bush segera mengerahkan tentara Amerika yang disebut operasi badai gurun (operation desert storm). Perintah itu dilaksanakan angkatan bersenjata Amerika pada tanggal 8 agustus 1990, diikuti oleh sekutu-sekutunya, yaitu Inggris, Prancis, Australia, Rusia, dan sebagian besar Negara-negara liga Arab. Pada tanggal 11 Agustus 1990, sebanyak 60 buah kapal perang telah berkumpul di Teluk Persia. Begitu juga ratusan ribu tentara dari berbagai Negara, baik darat, udara, maupun laut telah berada di Saudi Arabia dan Teluk Persia, maka Operasi Badai Gurun tidak lagi hanya melibatkan Amerika Serikat, melainkan pasukan multi nasional yang dipimpin oleh Jendral Norman Schwarzkopf yang dijuluki “beruang jinak yang buas”.

Usaha-usaha Terakhir Sebelum Pembebasan Kuwait

Puluhan kapal perang dengan jumlah tentara mencapai 700.000 orang telah ditempatkan di Teluk Persia. Namun, rencana pembebasan Kuwait tidak segera dilaksanakan. Pada tanggal 29 November 1990,  Presiden George bush masih menghimbau agar Menteri Luar Negeri irak Tareq Azis datang ke Wanshington, sebaliknya Menteri Luar Negeri Amerika diundang ke Baghdad. Sementara itu, dewan keamanan PBB pada tanggal 30 November mengeluarkan resolusi No.678 yang isinya memerintahkan agar irak selambat-lambatnya pada tanggal 15 Januari 1991 harus menarik mundur tentaranya dari Kuwait. Jika Irak tetap membangkang sampai batas waktu yang ditentukan, maka dewan keamanan PBB akan mengenakan sanksi lain yang dianggap perlu. Resolusi dewan keamanan PBB ini merupakan isyarat bagi tentara multi nasional untuk menggunakan kekuasaan senjata dalam menghadapi Irak.

Usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak Amerika Serikat untuk mempertemukan Menteri Luar Negeri Irak Tareq Aziz dengan men teri Luar Negeri Amerika Serikat di Jenewa, ternyata juga mengalami jalan buntu.


Sekjen PBB Javier Peres De Cuellar, berusaha pula mengunjungi Baghdad pada tanggal 13 Januari 1991 dan bertemu dengan Presiden Irak Saddam Husein. Dalam pertemuan  itu Presiden Saddam Husein tetap dalam pendiriannya pada tanggal 15 Januari 1991, beberapa jam sebelum serangan tentara multi nasional dimulai, sekjen PBB sekali lagi menghimbau agar Irak segera menarik mundur tentaranya. Ia memberikan jaminan bahwa bila seruannya dipatuhi, maka Irak tidak akan diserang.

Dimulainya Serangan

Segala cara dan upaya telah ditempuh oleh berbagai pihak untuk membatalkan serangan, namun gagal. Batas waktu yang ditetapkan dewan keamanan PBB telah terlewati, namun belum juga ada tanda-tanda Presiden Saddam Husein akan menarik mundur tentaranya. Ini berarti pula, tindakan dengan kekuatan senjata yang telah direncanakan oleh Amerika Serikat tak mungkin dihindari lagi.

Hari rabu tanggal 16 Januari 1991 jam 19.00 waktu wanshington DC atau pukul 03.00 waktu Baghdad (07.00 WIB), pesawat-pesawat pem-bom dan tempur multi nasional memulai serangan besar-besaran terhadap semua intalasi militer Irak, baik yang berada di Irak maupun berada di Kuwait. Selain pesawat kapal-kapal tempur USS Misouri dan USS Wisconsin yang masing-masing dilengkapi 32 peluncur rudal jelajah Tomahawk mengambil bagian dalam serangan awal.

Ada keesokan harinya, serangan pasukan mulinasional kembali dilancarkan untuk menghancurkan sasaran-sasaran strategis, berupa tempat-tempat peluncuran rudal Scud milik Irak. Hingga tanggal 17 Februari 1991, belum ada tanda-tanda bahwa Irak akan menyerah. Sementara itu, Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev diam-diam mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Irak Tareq Aziz yang ternyata juga tidak membawa hasil.


Pada tanggal 24 Februari 1991, Jenderal Collin Powel yang dijuluki Eisenhower Hitam mengerahkan pasukan daratnya untuk menggempur tentara Irak yang mengalami 38 hari pem-boman berat, terpaksa menyerah. Selanjutnya, serangan besar-besaran tentara multinasional terus bergerak menusuk jauh ke perbatasan Iran-kuwait dan berhasil menduduki daerah antara kota Baghdad dan Basrah. Daerah-daerah sekitar Sungai Eufrat dan tigris mengalami pem-boman berat. Tentara Irak berkurang drastis, baik karena tewas maupun tertawan. Begitu pula peralatan perannya, banyak yang berhasil dihancurkan dan banyak pula yang sengaja ditinggalkan begitu saja.

Perang Berakhir



       Posisi Irak yang makin terdesak diberbagai medan pertempuran menyebabkan Presiden Saddan husein, melalui Menteri Luar Negerinya menawarkan genjatan senjata kepada pasukan multinasional. Genjatan senjata tersebut berjalan dengan perjanjian bahwa Irak akan mematuhi resolusi DK PBB no.660, yakni menarik mundur tentaranya ke posisi-posisi semula, seperti sebelum mengadakan invasi ke Kuwait tanggal 2 Agustus 1990. Irak juga berjanji akiana mengganti kerugian perang kepada Kuwait, serta membatalkan klaim atas daerah itu yang sebelumnya dinyatakan sebagai Provinsi ke 29 Irak. Pada hari dikeluarkannya pernyataan Irak itu, pasukan multinasional masih terlibat dalam pertempuran yang sama sekali tidak mendapat perlawanan dari pasukan Irak. Pada kesempatan itu 3 divisi tank Amerika Serikat berhasil menghancurkan sisa-sisa pasukan pengawal elit Presiden Saddam Husein bersama 700 buah tanknya. Perang tank yang berlangsung di dekat kota Basrah itu dinilai sebagai perang tank terbesar setelah perang dunia II. Setelah perang tank berlangsung kurang lebih 100 jam, pada tanggal 18 Februari 1991, presiden Amerika Serikat George Bush memerintahkan penghentian serangan terhadap Irak. Dengan demikian, perak teluk pun berakhir. (Dinamika Sejarah 3 IPS SMA Kelas XII halaman 212, 213, 214, 215).

12 komentar:

  1. Assalamu alaikum Wr. Wb, nama saya Muh. Asnawi kelompok 1 ilmu politik, saya ingin bertanya tentang isi blog ini, dimana pertanyaan saya adalah apa alasan konkrit irak bertujuan untuk menganeksiasi kuwait? terima kasih

    BalasHapus
  2. terima kasih atas pertanyaannya, saya syahril ali Ibrahim, mewakili yang membuat blog ini akan menjawab pertanyaan saudara, nah, alasannya ialah, pada saat itu keadaan ekonomi irak mulai merosot, dikarenakan pada saat itu irak menuduh Kuwait dan Uni Emirat Arab memproduksi minyak melebihi kuota yang ditetapkan OPEC sehingga mengakibatkan harga minyak jatuh. Akibatnya, Irak mengalami kerugian sebesar 14 miliar dollar Amerika Serikat. dan Tuduhan itu disampaikan dalam pidato kenegaraannya pada tanggal 17 juli 1990. namun Menanggapi tuduhan Saddam Hussein itu, Menteri Luar Negeri Kuwait menyatakan bahwa tuduhan Saddam Hussein sebuah fitnah yang tidak berdasar. Ia pun mengirim surat kepada Liga Arab agar organisasi itu mengambil tindakan terhadap Irak. Usaha-usaha yang kemudian dilakukan Liga Arab, diantaranya mengutus Presiden Mesir Mubarak ke Baghdad dan Kuwait. Selain itu, diadakan pula beberapa kali pertemuan antara wakil-wakil dari kedua Negara, tetapi mengalami jalan buntuh.

    BalasHapus
  3. Ass..,Pada saat itu irak menguasai 20 persen dari cadangan minyak dunia dengan menduduki kuwait sekaligus menduduki posisi strategis di teluk persia.,dan kita tahu pada waktu itu Amerika serikat dan para sekutunya melancarkan operasi desert shield untuk membantu kuwait merebut wilayahnya kembali.,yang zya mau tanyakan disni bagaimana cara pemerintahan irak (saddam husein) mempertahankan minyak yang telah di kuasainya sehingga tdk di rebut kembali oleh Amerika dan Kuwait dan strategi apa yang di gunakan oleh pemerintahan Irak dlam upaya mempertahankan apa yang telah dia miliki?

    BalasHapus
  4. Terima kasih atas peranyaannya, jawabannya adalah untuk mempertahankan minyak dan wilayah yang dikuasai oleh irak, irak perlu melancarkan strategi pertahanan dalam bidang militer dan menyiapkan pasukan tentara untuk menghadang dan siap berperang, meskipun begitu, usaha yang dilancarkan sia2

    BalasHapus
  5. Terima kasih atas peranyaannya, jawabannya adalah untuk mempertahankan minyak dan wilayah yang dikuasai oleh irak, irak perlu melancarkan strategi pertahanan dalam bidang militer dan menyiapkan pasukan tentara untuk menghadang dan siap berperang, meskipun begitu, usaha yang dilancarkan sia2

    BalasHapus
  6. Usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak Amerika Serikat untuk mempertemukan Menteri Luar Negeri Irak Tareq Aziz dengan men teri Luar Negeri Amerika Serikat di Jenewa, ternyata juga mengalami jalan buntu,apa yang menjadi fakto penghmbat sehingga pertemuan itu mengalami jalan buntu

    BalasHapus
  7. Usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak Amerika Serikat untuk mempertemukan Menteri Luar Negeri Irak Tareq Aziz dengan men teri Luar Negeri Amerika Serikat di Jenewa, ternyata juga mengalami jalan buntu,apa yang menjadi fakto penghmbat sehingga pertemuan itu mengalami jalan buntu

    BalasHapus
  8. Terima kasih atas jawabannya, saya akan menjawabnya dr penjelasan di atas mempertemukan kedua menteri trsebut mengalami jalan buntuh, dikarenakan adanya kepentingan politik, maksudnya adanya pihak ketiga yang menghambat pertemuan tersebut sehingga mengalami jalan buntuh, untuk itu konflik terus berjalan

    BalasHapus
  9. ASS, Apakah alasan utama Saddam Husain mnyerang kuwait selain dari minyakx. krna kalau di katakn hanya karna mnyakx Irak pun kaya n penghasil minyak terbesar....
    M.IBNU

    BalasHapus
  10. Terima kasih atas pertanyaaan sodara ibnu,saya akan menjawabnya yaitu Saddan Husain menyerang kuwait sebenarnya bukan karna minyak tetapi adanya kepentinggan politik di dalamnya,tetapi isu yang di ambil disini adalah minyak supaya kepentinggan politik disini tdk di ketahuai,tp intinya adalah kepentingan politik.
    ''SUHARDI''

    BalasHapus
  11. ahmad erwin : ketika melihat tanggapan dan pertanyaan teman-teman diatas saya hanya bisa terdiam. tetapi dalam keadaan jari jemari yang tetap menulis, terlintas dalam pikiran saya yang mengatakan bahwa mengapa harus irak menganeksasi kuwait? mengapa harus sesama negara islam menyerang negara islam? politik perpecahan apa yang dilancarkan oleh sang konseptor konflik? dan untuk @suhardi ini sebenarnya bukan hanya kepentingan politik tetapi juga merupakan kepentingan ekonomi. trus untuk sang pemakalah, apakah kondisi ego masyarakat disana sangat nasionali terhadap negaranya atau bagaimana??

    BalasHapus