Senin, 29 Desember 2014

ILMU POLITIK UIN 2012


 KELOMPOK  9 :  M. ASNAWI
                                AHMAD ERWIN

Implikasi Perang Dunia terhadap perjalanan GeoPolitik dan Nusantara.

a.       Sepintas tentang Perang
“Perang ialah sebuah aksi fisik dan non fisik atau kondisi permusuhan dengan menggunakan kekerasan antara dua atau lebih” ( id.wilkipidea.org/wiki/perang#cite_note-1 ). Sejak kehidupan bermula di muka dunia ini, dinamika kehidupan selalu beriringan dengan perang ( konflik ). Sehingga pantaslah jika Marx mengatakan bahwa sejarah masyarakat hingga sekarang ialah sejarah pertentangan kelas, dimana masyarakat bermula dari comune primitive (suku), yang kebiasaan masyarakat pada saat itu ialah memburu, setelah  hewan buruan ini mulai mengalami krisis, maka  masyarakat atau individu yang ada dalam comune primitive melakukan migrasi ke daerah yang lebih banyak hewan buruannya, tetapi disana mereka bertemu dengan comune primitive (suku) yang lain, sehinnga muncullah peperangan akibat tuntutan hidup yang ingin dipenuhi.
Setelah berakhirnya peperangan diantara commune (suku), maka muncullah masyarakat perbudakan, karena yang kalah menjadi budak dan yang menang menjadi majikan, dan kemudian setelah itu muncul lagi masyarakat feodalisme, lalu masyarakat borjuis atau kapitalistik, dan kemudian yang terakhir yaitu merupakan model maysarakat yang dicita-citakan oleh Marx maupun Intelektual-Intelektual Marxisme lainnya yaitu model masyarakat Komunisme atau model masyarakat tanpa penindasan ( tanpa peperangan ).
Dalam pemikirannya, Nietsche pernah mengatakan ‘the will to power’ yang maksudnya bahwa setiap manusia mempunyai kehendak untuk berkuasa dan ini mempunyai implikasi yang kuat dengan doktrinasi militer yang mengatakan bahwa ‘siapa yang memiliki ketinggian, maka dia akan menguasai dunia’. Konsepsi pemikiran yang lain ialah konsepsi teori Charles Darwin yaitu ‘survival of the fittest’ yang maksudnya bahwa siapa yang kuat maka dia akan tetap hidup dan bertahan. Dari pemikiran-pemikiran ini, kita bisa mengambil titik pijakan bahwa selama manusia atau suatu bangsa memiliki kehendak untuk berkuasa, maka dia akan selalu menambah kekuatan mereka, baik dari segi kualitas instrumen perangnya maupun dari kuantitas militernya. Hemat saya, peperangan itu tak akan pernah berakhir. Sadar tak sadarnya manusia pasti perang itu tetap akan ada, bahkan abadi, selama kehidupan itu masih ada di muka dunia. Baik perang yang sifatnya implisit ataupun yang eksplisit. Karena kedamaian akan selalu dibayang-bayangi oleh perang, dan begitupun sebaliknya.
Rentetan sejarah perang mencatat bahwa perang yang paling kejam dan memakan waktu yang lama ialah perang yang berlangsung pada abad ke-20, dimana strategi dan instrumen perang semakin canggih dan terteknologisasi. Berbeda misalnya dengan peperangan-peperangan sebelumnya yang masih menggunakan instrumen perang ala primitif. Saya pikir, inilah kemudian mengapa perang di abad ke-20 dikatakan perang dunia, karena aktor-aktor dalam perang itu hampir mencakup seluruh negara yang ada di belahan dunia.
b.       Perang Dunia I
Perang dunia I merupakan awal dimulainya perang yang instrumen perangnya ala modern. Disamping untuk mengetes kekuatan-kekuatan militer, juga ingin menunjukkan kepada dunia, bahwa ialah yang paling kuat, dan ialah yang berhak untuk menguasai dunia. Perang ini bermula pada tahun 1914-1918. Ada empat faktor utama yang melatar belakangi Perang Dunia I (dikutip dari http. Wor-war I ) :
1.       Kolonialisme / Imperialisme
2.       Militerisme
3.       Nasionalisme
4.       Asosiasi
Pertama, Kolonialisme. Kolonialisme dalam oxford advanced learner’s dictionary “berarti kebijakan politik untuk mendapatkan jajahan dan menjadikan mereka tidak bersatu atau merdeka” ( the policy of acquiring colonies and Keeping them dependent ). Renaisance dan Revolusi industri Inggris pada abad pertengahan telah mengakibatkan berbagai negara di eropa ingin mengekspansi dan mengekploitasi negara lain. Persaingan dan kekuasaan ingin mendapatkan tanah yang lebih ini, mengalami peningkatan waktu ingin memasuki abad ke-20. Tetapi disaat negara kolonial lebih mayoritas, dibanding negara-negara koloni maka terjadilah perebutan kekuasaan. Dan dari konflik kepentingan inilah kemudian yang melahirkan pertikaian politik diantara beragam negara dan berujung pada suatu perang yang disebut Perang Dunia I.
Kedua, Militerisme. Militerisme merupakan jalan perdamaian melalui kontak fisik atau bahasa kasarnya kekerasan. Jalan ini merupakan jalan yang ditempuh oleh berbagai negara ketika mengalami krisis keamanan baik dalam hubungan luar negerinya, maupun luar negerinya. Meletusnya Perang Dunia I boleh dikatakan disebabkan oleh konflik politik yang berkepanjangan, sehingga memaksa kekuatan-kekuatan militer untuk turun andil dalam perseteruan konflik ini.
Ketiga, Nasionalisme. Nasionalisme secara etimologis berasal dari bahasa yunani, yaitu nation yang artinya bangsa sedangkan isme yang artinya paham. Sedangkan secara terminologis nasionalisme adalah suatu paham yang menciptakan dan membuat kedaulatan sebuah negara dengan upaya menyatukan semua kelompok, atau paham yang menempatkan negara dan bangsa pada yang posisi yang tinggi. Ideologi Nasionalisme sangat berperan penting dalam perang, karena tanpa nasionalisme, maka jiwa-jiwa patriot dari prajurit tidak akan ada. Dan tanpa Nasionalisme maka dukungan dan kecintaan rakyat terhadap negaranya akan tiada.
Keempat, asosiasi. Asosiasi atau persekutuan ialah bagaimana kemudian negara-negara yang memanas ini mencari teman untuk dijadikan benteng dan bekerjasama dalam kepentingan yang sama. Ini terlihat jelas, ketika terbentuknya aliansi Triple entente ( sekutu ) yaitu inggris, perancis dan rusia. Dan Triple Alliance ( sentral ) yaitu Jerman, Italia, dan Austria. “Ketika pergerakan pasukan dimulai, banyak Negara-negara menjadi takut untuk diserang, atau daerah mereka akan diserang, sehingga hal itu menyebabkan mereka memobilisasi pasukan-pasukan, dan bahkan membuat lebih menakutkan” (dikutip dari http. Wor-war-I.pdf ). Contoh misalnya, Arab yang masih berada dibawah naungan Turki Utsmani memilih membelot atau bergabung pada Triple entente.
c.        Perang Dunia II
“Perang Dunia II (biasa disingkat PDII) adalah konflik militer global yang terjadi pada 1 September 1939 sampai 2 September 1945 yang melibatkan semua kekuatan-kekuatan besar yang dibagi menjadi dua aliansi militer yang berlawanan: Sekutu dan Poros” (dikutip dari http.perang-dunia.pdf). Teman-teman mahasiswa biasa mengistilahkan perang ini sebagai perang lanjutan dari Perang dunia I, dimana pada saat itu Jerman kalah dan menerima pukulan yang sangat kuat. Maka dibawah komando adolf hitler Jerman mulai bangkit, dan mencoba menanamkan ideologi chauvinisme melalui partai NAZI. “Seiring dengan perkembangan yang dialaminya, Jerman kembali berani melakukan politik ekspansi dan melaksanakan politik Lebensraum (ruang untuk hidup) yaitu gagasan perluasan wilayah melalui perang” ( BAB1 Sejarah IX Perang Dunia I dan II .docx). Gerakan ini terlihat jelas ketika Jerman melakukan serangan cepat ke Polandia. Kekecewaan dan rasa terhina terhadap perjanjian Versailes, membuat Jerman yang dinahkodai Adolf Hitler, mulai membangun kerjasama politik dan militer bersama Italia dan Jerman yang disebut Poros Roberto atau Blok Sentral. Adapun penyebab dari terjadinya perang ini, yaitu :
1.       Rasa terhina dan balas dendam akibat kekalahan dari Perang Dunia I
2.       Pertentangan ideologi liberalisme dengan totalitarianisme
3.       Persaingan kekuatan-kekuatan militer
4.       Dan persaingan diantara negara-negara koloni (imperialis) untuk melakukan politik eskpansi dan politik lebensraum.

Dampak Perang Dunia terhadap GeoPolitik dan Nusantara.
                Perang dunia I dan II, telah mengakibatkan kerugian dan kemalangan besar bagi negara yang terlibat maupun yang tidak. Terbentuknya institusi-institusi dan lembaga-lembaga baru dalam dunia internasional, dan terbentuknya konflik baru dalam bentuk Neo-Kolonialisme / Neo-Imperialisme ini semua disebabkan oleh adanya Perang Dunia.

a.       Dalam bidang Politik.
                Persaingan dalam memperebutkan negeri-negeri jajahan telah mengakibatkan persaingan yang berujung pada perang dunia I. Dalam rentetan sejarah perang tercatat bahwa perang yang paling besar dan kejam ialah Perang Dunia I, Perang Dunia II, lalu mungkin yang akan datang Perang Dunia III. Dilihat dari akibat yang ditimbulkan telah memberikan kita kesadaran bahwa untuk zaman sekarang perang itu tak perlu lagi dalam bentuk fisik, tetapi cukup dengan perang non fisik / hegemoni.
1.       Perang dunia I mengakibatkan bargabungnya jazirah arab dengan triple entente. Akibatnya terjadi konflik internal dalam Turki Utsmania yang menyebabkan kekaisaran dan imperium islampun runtuh. Yaitu tumbangnya turki ustmania dan terbentuknya negara-negara baru di timur tengah. Di Nusantara, pasca perang dunia I, para pemuda dan intelektual-intelektual muda mulai mengonsep suatu negara yaitu Indonesia. Melakukan pemberontakan-pemberontakan kepada Belanda dan  pergerakan-pergerakan emansipatoris. Akhirnya pada 28 okober 1928 para pemuda nusantara sepakat dengan membuat sumpah pemuda. Yaitu berbahasa satu, berbangsa satu, dan bertanah air satu. “Perang dunia I-pun juga dapat dianggap sebagai cikal bakal terbentuknya aliansi antar negara dan meningkatnya produksi persenjataan di berbagai negara sebagai suplai perang. Perjanjian Versailes yang disepakati usai perang dunia I tidak serta merta menciptakan perdamaian abadi antar negara yang berperang saat itu. Jerman yang diharuskan menanggung semua kerugian perang mengalami kesulitan besar dalam perekonomian. Depresi akibat perang dialami berbagai negara di dunia. Negara yang kalah dalam perang dunia I seolah-olah telah melahirkan para diktator baru seperti Hitler dari Jerman dan Stalin dari Uni Soviet. Pada masa itu, nasionalisme diwarnai dengan fasisme, nazisme, komunisme, dan liberalisme. Di Jerman, kebangkitan nasionalisme mulai ditunjukkan oleh Hitler dengan bentukan NAZI yang dia pimpin. Sikap agresif Hitler sebagai bentuk tidak terima atas kekalahan negaranya di perang dunia I, telah membawa Hitler untuk merujuk pada Perang dunia II” (diposting oleh triawanlukman-fisip12 pada 16 November 2012). Pasca perang dunia I tebentuklah LBB (Liga Bangsa-Bangsa) sebagai sarana untuk menjaga perdamian, tetapi tidak semua negara yang ada pada waktu itu ikut bergabung.
2.     Setelah perang dunia II, muncullah semangat untuk menentukan nasib sendiri (self determination) di negara-negara Asia maupun Afrika. Banyak negara jajahan Jepang di Afrika dan Asia yang memerdekakakan diri. Selain Jepang, banyak negara kolonial lain seperti Inggris, Prancis, Portugal yang bersedia memberikan kemerdekaan kepada daerah kolonisasinya. Dengan berakhirnya perang dunia II juga memunculkan sistem politik internasional baru, karena waktu ini menjadi akhir dari masa pendudukan negara-negara Eropa di Asia dan Afrika” (diposting oleh triawanlukman-fisip12 pada 16 November 2012). Di Nusantara sendiri, para pemuda membentuk suatu kelompok BPUPKI, lalu PPKI. Setelah perang berakhir 17 agustus 1945, barulah pemuda mengambil kesempatan untuk segera memproklamirkan kemerdekaannya yaitu Indonesia. Pasca perang dunia II, negara-negara islam juga mulai memapankan dirinya setelah terpecahnya turki usmania menjadi beberapa negara. Salah satu yang menyebabkan juga Amerika (blok barat) dan Uni Soviet (blok timur) kembali turut andil ialah setelah berakhirnya perang ini. Dimana ketika paradigma dari berbagai negara adidaya berubah bahwa untuk mengekpansi dan mengekplotasi negara bodoh, bukan lagi melalui kekuatan (power) tetapi dapat ditempuh melalui pengaruh (hegemoni). Kata Antonio Gramnsci bahwa “jika kalian dapat menguasai kepala seseorang, maka tangan, kaki, dan hatinya Akan ikut kepadamu”. Dan dari sinilah kemudian kelanjutan perang dan dimulainya neo-kolonialisme. Lalu berubahmya LBB menjadi PBB
Kesimpulan
                Perkembangan pengetahuan, teknologi, dan industri, pada masa renaisance dan revolusi industri telah menyebabkan meledaknya Perang Dunia I dan II. Tetapi perang ini menimbulkan hal-hal positif dan negatif. Hal-hal positifnya misalnya ialah telah menyadarkan para pemuda nusantara untuk mengonsep suata negara dan memerdekakannya. Hal-hal negatifnya ialah telah menyebabkan terpecah-pecahnya negara islam, dan runtuhnya turki ustmania yang juga menandakan berakhirnya imperium islam.
                Selama kepentingan masih ada maka perangpun tak akan berakhir, dan sepanjang perang dunia I dan II. Maka tak bisa kita pungkiri akan terjadinya perang dunia ke-3, dan perang ini hemat saya, akan menghancurkan belahan bumi,  jika dilihat dari instrumen perang dan militernya.
                Kehidupan kita tidak pernah lepas dari masalah-masalah global, baik yang menyankut masalah politik, ekonomi, dan sosial. Karena kesemuanya saling berkorelasi, berkaitan, dan saling memengaruhi. Apa yang terjadi dalam skala global, pasti akan berdampak kepada kita, dan apa yang terjadi pada kita atau negara kita, pasti akan berdampak pada tatanan globaL








 sumber referensi :

1. Sumber sekunder ;
-id.wilkipidea.org/wiki/perang#cite_note-1
 -oxford advanced learner’s dictionary
-http.BAB1 Sejarah IX Perang Dunia I dan II .docx
-http.perang-dunia.pdf
-http.diposting oleh triawanlukman-fisip12 pada 16 November 2012
2.       Sumber Primer :
-Diskusi dengan Teman-teman IFI (Institute Filsafat Indonesia)
-Teman Kelompok
-kajian-kajian
















































































7 komentar:

  1. Saya atas nama syahril ali ibrahim hamsah, ingin bertanya, Siapa yang pertama kali yang menciptakan sistem imperialisme, kolonialisme, nasionalisme, dan patriotisme..., jelaskan

    BalasHapus
  2. dalam teori konflik marx memang menghendaki yang namanya konflik, namun pertanyaannya adalah bagmna dgn konsep agama itu sendiri yang artinya bahwa manusia yang beragama tentu tidak menghendaki yang namanya kekacauan bgmn relasi diantara keduanya, toeri konflik dgn konsep agama itu sendiri

    BalasHapus
  3. Apa tujuan dari geopolitik yang ada di indonesia serta perkembangan wilayah indonesia selama masa orde lama hingga sekarang pada masa reformasi?

    BalasHapus
  4. ahmad erwin : sebenarnya imprealisme, kolonialisme, nasionalisme, dan ideologi-ideologi lainnya itu tercipta karena kondisi. (untuk syahril)

    BalasHapus
  5. ahmad erwin : tabe' yang tanpa nama. sebenarnya begini, teori konflik marx itu diistilahkan sebagai konsep dialektika yang dkembangkan marx dari hegel. cuman dialektika (konflik) itu ialah, melawan dan dilawan, menginkari, dan diingkari, dan memerantai dan diperantai. agamapun memerlukan konflik, cuman bukan dalam artian yang radikal, tetapi karena konflik atau dialektika pasti akan melahirkan suatu perubahan. islampun begitu, secara pemikiran, agama kita berkembang sesuai dengan kondisi. yang gris besarnya bisa dikatakan bahwa agama telah melalui proses dialektika (tesa, antitesa, dan sintesa)

    BalasHapus
  6. ahmad erwin : tabe' untuk saudara rangga, maksud pertanyaanta bagaimana???? kalau tujuan geopolitik pastinya, berbicara masalah hubungan bilateral, hubungan transnasional, dan hubungan internasional

    BalasHapus
  7. Kalau bgitu jelaskan saja.,tujuan geopolitik indonesia dalam hubungan bilateral,tradisional,dan internasional dengan sebagaimana yang anda maksud?

    BalasHapus